Sagu: Memperkuat Perekonomian Papua | Jurnalpost

Penulis: Steven Joshua, Nabire, Papua

JurnalPost.com – Sagu merupakan komoditas pertanian yang sejak lama menjadi sumber utama karbohidrat di Papua. Berdasarkan penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), diperkirakan masyarakat Papua telah mengonsumsi sagu selama 50.000 tahun sejak pemukim pertama kali tiba di Papua (Paino, 2023). Hal ini menjadikan sagu sebagai komoditas yang juga menjadi tanda identitas dan bagian dari budaya masyarakat Papua.

Menurut data BPS, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sendiri menjadi salah satu sektor andalan di Provinsi Papua dalam beberapa tahun terakhir, setelah sektor pertambangan, penggalian, dan konstruksi, dengan kontribusi rata-rata terhadap PDRB sebesar 11,55% selama 5 tahun terakhir (BPS, 2023). Namun demikian, sektor pertanian masih merupakan sektor yang relatif kompleks dengan komoditas yang berbeda-beda.

Oleh karena itu, diperlukan strategi pembangunan yang baik dan dapat memberikan nilai tambah yang signifikan untuk mengoptimalkan sektor pertanian. Untuk itu perlu adanya perbaikan sistem hilirisasi produksi pada subsektor perkebunan yang mempunyai potensi yang cukup tinggi. Saat ini Papua merupakan wilayah yang memiliki lahan sagu terluas, yaitu mencapai 85% dari total lahan sagu di Indonesia. Kondisi ini memungkinkan Papua memproduksi sagu mencapai 68.000 ton per tahun (Elisabeth, 2020). Hal ini menjadikan perkebunan sagu menjadi komoditas unggulan yang mempunyai potensi besar bagi pembangunan ekonomi di Papua.

Selain di Papua, sagu juga umum dikonsumsi di berbagai daerah di Indonesia. Optimalisasi pengembangan perkebunan sagu berpotensi mengatasi ketahanan pangan nasional. Selain itu, sagu mempunyai potensi besar dalam produksi pati untuk keperluan industri. Kebutuhan pati untuk industri saat ini sebesar 50 juta ton per tahun di seluruh dunia dengan tingkat pertumbuhan sebesar 7,7% per tahun (Jong & Widjono, 2007). Hal ini diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan tuntutan untuk mengurangi konsumsi minyak sehubungan dengan perlindungan lingkungan, sehingga meningkatkan kebutuhan akan bahan baku ramah lingkungan seperti pati.

READ  Catat tanggalnya, festival Cisadane akan menggelar kompetisi dayung dan arung jeram

Sagu memiliki banyak kegunaan dalam industri karena dapat digunakan sebagai bahan penstabil, pengental, pembentuk gel dan pengemulsi dalam industri makanan. Sagu juga merupakan penghasil pati yang jauh lebih efisien dibandingkan komoditas penghasil pati lainnya. Potensi produksi sagu terbesar di dunia terdapat di Indonesia dengan persentase mencapai 50% dari potensi sagu dunia, 90% dari potensi tersebut terletak di Papua (Elisabeth, 2020).

Beberapa tahun terakhir, selain untuk kebutuhan dalam negeri, sagu telah berhasil diekspor ke berbagai negara di dunia seperti China, Jepang, Korea, dan Malaysia. Jumlah sagu yang diekspor juga semakin meningkat setiap tahunnya dengan volume ekspor mencapai 13,1 juta kg/tahun dengan nilai ekspor sebesar USD 2,8 juta pada tahun 2020 (Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2021).

Peningkatan tersebut mempunyai potensi besar bagi perekonomian masyarakat Papua melalui pengembangan ekspor ke negara lain yang memiliki potensi pengembangan pasar yang baik karena permintaan sagu yang mencukupi seperti Filipina, Hongkong dan Sri Lanka. Agar hal tersebut dapat terwujud, perlu didukung kerjasama yang baik dari berbagai elemen. Pemerintah secara langsung perlu memberikan dukungan dengan memberikan insentif fiskal berupa insentif perpajakan, opsi impor dan kemudahan perizinan. Pelaku usaha dan investor juga diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas dan meningkatkan volume penanaman modal untuk pengembangan industri produksi sagu. Selain itu, tidak dapat diabaikan bahwa masyarakat Indonesia juga mempunyai peran penting dalam konsumsi dan promosi produk perkebunan sagu.

Penulis: Steven Joshua, Nabire, Papua

Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *